Nasehat Untuk Diriku

sulitnya berhati-hati dengan kata-kata. Ibarat pedang, ia tak hanya melukai, tapi meninggalkan cacat goresan. syarat yang sering dilupakan seseorang ketika ingin menasehati orang lain adalah berdirilah di posisinya. karena jika hanya menyertakan pengalaman kita, hanya mengkondisikan dia menjadi diri kita.

Sedikit renungan sore tadi yang sempat kutulis dalam note HP

**jangan sekalipun menyama-nyamakan keadaanmu dengan orang lain. Jika kau melaju lebih cepat, sebaiknya bungkam mulutmu untuk menanyakan kenapa temanmu berjalan begitu lamban. sedangkan kau tidak pernah tahu rasanya tertatih seperti dia. Jangan pernah mendesaknya melakukan apa yang sudah kau lakukan, jika kau tidak tahu bagaimana latar belakangnya. Kebanyakan orang sangat pandai mengintimidasi orang lain ketika orang itu memiliki tahap hidup yang berbeda atau tertinggal. Tahukah kau, bukan berarrti dia tidak ingin seperti kau. kau bahkan tidak tahu upaya da air matanya. Jadi sekali lagi kunci mulutmu yang kau anggap mulia karena merasa telah memberi wejangan agung.  Padahal dalam pandangannya hanya berupa kata-kata sampah yang melukai.

**Di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Selain takdir, ada upaya-upaya yang membuat kita berbeda jalan, berlainan nasib, ketidaksamaan masalah dan ketimpangan kondisi. Tak perlu terlalu memaksanya menjadi sepertimu, berbuat seperti yang kau lakukan. Ada masanya tanpa kau ketahui dia mencontoh pengalamanmu, tanpa harus diminta dan diberi petunjuk.

Tulisan ini terinspirasi dari peristiwa sehari-hari, dimana pola pikir mendikte itu masih sangat bercokol pada diri kebanyakan orang.

Salam Hangat ^^

JENKNA

Melukis Malam

aku sedang mengingat-ingat bagaimana aku bisa terjatuh pada kegelapan dengan sangat mudah. melukisnya dengan keindahan yang membabi buta.padahal aku awam. rupanya, kegelapan datang disaat yang begitu tepat. yaitu, ketika aku tak kuat menanggung silau. dia meneduhkanku pada situasi sempurna.

dus, aku yang peka tak ingin berlama2 dalam gelap. dan mulai mencari cahaya. aku menguak tirai demi tirai demi mendapatkan berkas terang yang utuh. aku memarkir semua logika yang kupunya untuk bertanya pada banyak pakar kegelapan. dan kutemukan…sesuatu yang menggejala buruk. bahwa kegelapan (yang dalam imajinasiku bernyawa) sengaja menggenggamku dengan sebuah alasan. menghancurkan keceriaanku.

sebagai umpan balik, aku tetap melukisnya dengan lebih rupawan. semoga dia tidak pernah terjaga sehingga keaktrisanku melakonkan semua peran yang dia inginkan tiada cacat. dalam sudut pandangnya, aku sudah didekap ke dalam muramnya. nyatanya dari sisiku, sudah ku temukan benderang yang tak bakal disangkanya.

aku akan segera lepas dari gelap…
sssttt tapi dia tidak tahu….