sulitnya berhati-hati dengan kata-kata. Ibarat pedang, ia tak hanya melukai, tapi meninggalkan cacat goresan. syarat yang sering dilupakan seseorang ketika ingin menasehati orang lain adalah berdirilah di posisinya. karena jika hanya menyertakan pengalaman kita, hanya mengkondisikan dia menjadi diri kita.
Sedikit renungan sore tadi yang sempat kutulis dalam note HP
**jangan sekalipun menyama-nyamakan keadaanmu dengan orang lain. Jika kau melaju lebih cepat, sebaiknya bungkam mulutmu untuk menanyakan kenapa temanmu berjalan begitu lamban. sedangkan kau tidak pernah tahu rasanya tertatih seperti dia. Jangan pernah mendesaknya melakukan apa yang sudah kau lakukan, jika kau tidak tahu bagaimana latar belakangnya. Kebanyakan orang sangat pandai mengintimidasi orang lain ketika orang itu memiliki tahap hidup yang berbeda atau tertinggal. Tahukah kau, bukan berarrti dia tidak ingin seperti kau. kau bahkan tidak tahu upaya da air matanya. Jadi sekali lagi kunci mulutmu yang kau anggap mulia karena merasa telah memberi wejangan agung. Padahal dalam pandangannya hanya berupa kata-kata sampah yang melukai.
**Di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Selain takdir, ada upaya-upaya yang membuat kita berbeda jalan, berlainan nasib, ketidaksamaan masalah dan ketimpangan kondisi. Tak perlu terlalu memaksanya menjadi sepertimu, berbuat seperti yang kau lakukan. Ada masanya tanpa kau ketahui dia mencontoh pengalamanmu, tanpa harus diminta dan diberi petunjuk.
Tulisan ini terinspirasi dari peristiwa sehari-hari, dimana pola pikir mendikte itu masih sangat bercokol pada diri kebanyakan orang.
Salam Hangat ^^
JENKNA