air mata air

air untuk membawa perahu berselumur hitam membawa daging
tanah untuk pijakan melayang ke dasar, bercerai dengan bangunan
pagi yang digumuhi doa memilin menjadi hujat, kutuk dan ratap
sore yang ditingkahi senja bersenyawa dengan debu reruntuhan
satu telunjuk mengangkasa
Tuhan, serunya dalam diam,
sewindu meramu, sedetik jadi abu?
Tuhan, gugatnya dalam cekam,
dari seribu titik, kenapa satu yang terculik?
Lelah bertanya….
disandarkan bahunya pada bahu yang lain
direkatkan pelipisnya pada pelipis yang lain
O..bahagia O…nestapa, ternyata jaraknya hanya satu kedipan
Dipersembahkan bagi korban tragedi Situ Gintung.

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un.Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali padanya. Sesudah bencana, telah dipersiapkan kenikmatan untuk kita songsong kembali.

Diambil Dari Liputan 6 SCTV
Korban Tewas Situ Gintung 58 Orang

Liputan6.com, Tangerang: Proses evakuasi terhadap korban jebolnya tanggul Situ Gintung di Cirendeu, Tangerang, Banten, masih berlanjut. Hingga Jumat (27/3) sore tercatat 58 korban meninggal. Jenazah disemayamkan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Diperkirakan korban meninggal masih akan terus bertambah mengingat masih banyak orang menanyakan nasib anggota keluarganya yang belum diketahui. Sejauh ini korban selamat yang terluka dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Sedangkan korban selamat menginap di tenda-tenda yang didirikan Palang Merah Indonesia [baca: Kawasan Situ Gintung Rata dengan Tanah].

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mendatangi lokasi kejadian berjanji akan membantu korban di antaranya dengan merelokasi tempat tinggal. “Pemerintah menjamin semua yang meninggal mendapatkan santunan. Dan juga perbaikan rumah,” ujar Wapres [baca: Presiden SBY Tinjau Situ Gintung].

Selain dekat dengan permukiman warga, Situ Gintung juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Lokasi ini biasanya ramai saat liburan sekolah dan akhir pekan. Terdapat arena outbond atau berkemah. Bahkan dilengkapi restoran dengan pemandangan menghadap ke Situ Gintung.

Bendungan Situ Gintung jebol dini hari tadi. Air menerjang ratusan rumah di saat para penghuninya masih terlelap. Hal ini membuat warga yang tinggal di sekitar situ tak sempat menyelamatkan diri. Bahkan dampak dari terasa hingga radius dua kilometer. Ratusan rumah dan mobil mewah Di Perumahan Cirendeu Permai juga terendam banjir bercampur lumpur [baca: Tanggul Situ Gintung Jebol, 32 Orang Tewas].(YNI/Tm Liputan 6 SCTV)

Semoga musibah ini tak hanya sekedar menghadirkan bulir simpati namun juga tindakan nyata semua pihak untuk membantu. Bagi keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Bagi almarhum dna almarhumah semoga diterima disisi-NYA. Amin.

Nostalgia Buah

Judul yang aneh? tentu tidak kalo sudah membaca isi keseluruhanya. jangan menilai buku dari kopernya, kata pepatah. bukan asal omong, tapi dulu jenkna punya temen (deket padahal), yang memotong dengan sadis penuturan seseorang bahkan sebelum orang itu menuntaskan inti pernyataannya. begini ceritanya:
B: ngambil judul skripsi apa?
A: judul skripsi gue analis wacana kritis terhadap film…(belum selesai ngomong)
B: halah, jelek.coba donk penelitianku tentang pabrik plastik dan dampak ekonomoninya terhadap bla-bla…
A:$&^#&*$& (yang nanya situ,yang bilang jelek situ, gue gipe lu!)
……..stop ngelantur………

seperti yang sudah jenkna katakan sebelumnya, kalo jenkna sangat terikat pada kenangan. bukan cuma soal pengalaman hidup tapi soal makanan di masa lalu juga. tulisan ini dilatarbelakangi kejadian beberapa hari yang lalu. Usai libur maulid, jenkna membawa buah kepel dari kebun nenek ke kantor. dari tiga ratus orang (lebay) yang mengamati buah itu tidak ada satupun yang mengenali atau pernah memakannya. karena dikira sawo main di pencet aja pake tangan. pegel2 deh.

sebegitu purbakah mereka? padahal jenkna tahu buah kepel sejak kecil, sampe bosan dan nggak doyan. tapi setelah dipikir2 bukan mereka yang purba, tapi karena jenkna tinggal di kampung yang koleksi tanamannya masi lumayan lengkap.

(1)

kepel

kepel

kepel itu rasanya manis. semakin mendekari biji semakin wangi. tapi dagingnya agak pahit dibagian dekat kulit. kepel dikenal sebagai buah meja, yang menghias meja makan para putri keraton. dikonsumsi agar bau badan dan air seni berbau harum. buah ini emang wangi banget. sekarang jadi buah langka justru karena kurang diminati masyarakat untuk ditanam. abis bijinya gede, dagingnya dikit. jenkna kebetulan bukan penggemar buah yang satu ini. cuma bangga aja masih bisa lihat pohonnya.

(2)

nam nam

nam nam

nam-nam ini ada yang nyebut juga poki atau kopi anjing. rasanya asem, sepat. tapi yang kuning agak manis dan segar. biar cepat kuning, biasanya nam-nam yang masih menggelantung dipohon dibungkus kandi/karung. kalau dah kuning suka jatoh sendiri ke tanah. ini termasuk buah favorit jenkna. bukan rasanya. tapi sebagai sarana sosialisasi. dulu nenek memang agak pelit bagi2 nam-nam ke orang lain selain cucunya. tapi karena aku cucu kesayangan, aku bisa leluasa masuk pekarangan. dan aku bisa berlagak bos yang sangat sayang pada anak buah. kalau nam2 sudah matang, aku akan menyebarkan gosip ke teman2. dan mereka akan menyerbu pohon itu (tugas jenkna mengalihkan perhatian nenek, agar tidak pergi ke pekarangan he he licik ya?)

(3)

mundu

mundu

yang jenkna ingat dari mundu adalah teksturnya yang benyek (becek). terakhir makan waktu SD. rasanya manis asem. sekarang pohon di samping rumah udah raib. itu juga pohon milik tetangga. dulu, mundu yang udah kuning suka jatuh ke tanah. ini bisa jadi permainan menarik. ambil sepeda ontel. kayuh sekuat tenaga. lindas mundu sampai gepeng. crattt! muncrat deh airnya. seruuuu.

(4)

jambu kaget

jambu kaget

jambu air mah jambu air aja, kenapa mesti pake kaget sih. hem jenkna juga nggak tahu. pertama kali dikenalkan oleh abah syahrul anang, kakek jenkna yang asal kalimantan. warnanya hijau. kadang ada semburat merahnya sedikit. mungkin yang bikin kaget adalah rasa manisnya yang luar biasa. klo digigit langsung legit dilidah. seger banget. nggak kaya jambu air lainnya yang kadang hambar. sayang pohon di depan rumah abah dah nggak ada lagi.

(5)

karsen

karsen

buah imut ini merupakan tanaman favorit semua anak imut kecil dikampungku. rasanya manis banget. lumer dimulut. tapi kulitnya agak pahit kalau ikit ditelan. dulu, pohon karsen (sebutan dikampungku) yang dipinggiran sungai lukulo dibuat sebagai sarana sosialisasi sekaligus adu ketangkasan manjat pohon. mo belajar naik pohon? naik pohon karsen aja dulu. anehnya, waktu gede temenku nyebut buah karsen tuh buah ceri. jauh banget sama buah ceri yang suka bertengger diatas black forrest itu ya? whatever, buah ini masih bisa ditemui dipinggir jalan sekalipun. sayang, pohon karsen di samping kantor jenkna ambruk terkena puting beliung.

(6)

ciplukan

ciplukan

buah ini mengingatkan jenkna pada kasus bayi yang tertukar di era 80-an, dimana kasusnya sampai heboh ke pengadilan. Cipluk dan dewi. Dewi diperebutkan, cipluk dilupakan. pohon ciplukan gampang banget tumbuh, bahkan disela-sela bebatuan. ciplukan rasanya manis, asem dan ada pahitnya juga. kulitnya licin sepertri buah kersen. ciplukan dulu jadi andalan ibu-ibu karena nggak bisa membelikan anaknya apel. he he he

(7)

bunga jambu bol

bunga jambu bol

lhoh ini kan bukan buah? eits tunggu dulu! sebelum buahnya matang. jenkna suka nggak tahan untuk mencicipi bunganya dulu. kata temen2 bunganya juga enak, kecut seger. eh ternyata iya. lumayan kecut2 gimana gitu. mungkin kalau diseduh mirip bunga rosella kali.

jambu bol

jambu bol

nah…kalo ini jambu bolnya. bol itu kata orang jawa sih penyakit wasir. rasanya gak beda jauh sama bunganya, ecut seger!

(8)

mundung

mundung

duwet

duwet

gowok

gowok

buni

buni


jenkna rapel aja yah…soalnya buah2 diatas, termasuk yang jarang jenkna konsumsi karena sulit mendapatkannya. mundung itu sebenernya banyak di pasar tradisional tapi musiman. isinya warnanya merah (muda) kecut, sedikit manis. susah dimakan karena bijinya menyatu banget sama dagingnya yang super tipis jadi enaknya disrupt aja eh dicucup (bahasa jawanya). Duwet juga manis ada sepetnya, bibir ato lidah suka ikut ungu kalo makan ini banyak2. gowok isinya putih, manis kecut. gowok itu sebutan buat kakak sulungku mbak wiwik, Gowik (he nggak nyambung ya?). buni juga terkenal dengan rasa asemnya, buat dirujak si enak. kegedean biji dibanding daging buahnya.

(8)

buah salam

buah salam

ini dia….buah tervavorit jenkna waktu kecil. tau gak seh, kalo pohon salam, nggak cuma daunnya aja yang sedap sebagai bumbu dapur. tapi pohon salam juga berbuah loh. bentuknya sepintas mirip buni atau karsen. kalau masih hijau jangan dimakan, coz sepat dan pahit. tapi kalau udah merah merona, atau jatuh sendiri ke tanah cicipi deh hemm manis. buah salam yang masak nggak cuma berwarna merah tapi juga putih. emang sih di hutan2 liar, kebanyakan dikonsumsi sama kera2. tapi layak juga buat manusia kok. pohon salam yang tinggi, memang menyulitkan jenkna untuk memetik sendiri. biasanya para teman2 yang cowoklah yang bersedia untuk memanjat dan memetik ramai2. jenkna suka memungut apa yang udah jatuh ke tanah aja. asal nggak bonyok dan kemasukan banyak pasir, dicuci sedikit sudah bersih. Tapi jangan sampai ketahuan bapak dan ibu. abangku aja Bang Hargie, udah nyampe susah payah ngumpulin dapet satu kantong plastik, dibuang sia-sia sama bokap setelah dengan sukses menemukan tempat persembunyian buah salam itu. kata bapak, makanan kotor disimpen2. hhhh

mungkin cukup ya nostalgia buahnya. sebenarnya jenkna pengen nulis sebanyak yang jenkna tau. tapi manfaat dan jenis buah langka bisa dicari sendiri di mbah google kok. foto2 ini juga search di beberapa situs di mbah google.

ayo tunjukkan buah kenanganmu?!
Jenkna

Jaman’e Susah

book-laugh

“sedih dan bahagianya hidup itu kita yang pilih, kita yang putuskan,” kata seorang kawan.
teman saya itu ingin menunjukkan dan menyembunyikan kesedihannya. seperti mama seorang sahabat saya. di rumah, dia punya pressure yang super dahsyat, suami otoriter, anak sulung drop out dari universitas, anak laki-laki satu-satunya juga melakukan hal yang sama setelah bertahun-tahun disekolahkan. Dus, dia juga dikelilingi kerabat yang senang mengadu domba. tapi tawanya tak pernah lepas jika mengobrol dengan saya.
“masalah di rumah ya di rumah, di luar tante juga berhak dong menikmati hidup. stres jangan dibawa ke luar rumah,” ujarnya riang.

Begitukah hatinya? saya berpikir. apa tidak malah menjadi penyakit hati memendam banyak masalah dengan berusaha memanipulasinya menggunakan tawa. tapi dia sungguh tulus, tawanya memang tidak mengada-ada. yah, mungkin dia memilih menjadi bahagia ketika keluar dari lingkaran kesedihannya di rumah.

sedangkan saya? gampang sekali menebak saya sedang sedih, marah atau gembira. saya memang ekspresif. plus pencemas. tidak mudah membuat saya tersenyum saat saya ditimbuni stres yang berlebihan atau sedang dalam keadaan2 seperti di atas. dulu teman sekamar saya pernah jengkel karena sepulang kerja, muka saya ditekuk dan tidak banyak bicara. menurut saya, saat itu orang paling bermasalah di dunia adalah saya. saya baru dapet omelan di kantor, bapak sama ibu sakit, tapi nun jauh di kebumen sana, saya juga mulai meriyang, uang tinggal cukup buat seminggu, motor perlu diservis, saya sampai bingung mau menyelesaikan yang mana dulu. tapi teman saya itu tidak bisa menerima kelakukan saya. kalau sedih, dia berharap saya membaginya, tidak disalurkan dengan cara memasamkan muka. dia jengkel karena dia pikir dengan tertawa bersamanya saya akan lebih baik, tapi waktu saya pulang di tanya saja tidak menyahut dan langsung ambruk ke tempat tidur. saya menyalurkan energi negatif ke seluruh area yang saya sambangi, termasuk kamar tidur saya sendiri.

bapak dan ibu saya sendiri berkali-kali membombardir telinga saya dengan cerita masa lalunya yang tidak sebanding dengan kehidupan saya (apalagi bungsu, paling sejahtera). bapak dan ibu mengalami nasi aking, nasi campur jagung, makan bonggol pisang, makanan2 yang gizinya tak layak. tapi saya juga masih mengalami telur resbus satu dibagi lima (sesuai jumlah saudara), mie instan satu mangkuk di bagi tujuh (sekeluarga) kepala ayam dalam berkat cuma buat bapak, tidak boleh di sentuh anak-anak, dan bayar LKS sering telat. tapi persamaannya, bapak, ibu dan saya sama2 tanpa beban, tidak menganggap itu hal yang dramatis, kasarnya tidak terlampau sedih. kalau mengingatnya tidak ada perasaan sesal. kami memilih kenangan itu sebagai proses yang membahagiakan.

jamane susah, judul ini memang saya cantumkan karena kehidupan itu semakin tua memang semakin banyak cobaan. meski sebenarnya apa yang kita hadapi sekarang lebih ringan dibanding cobaan masa lalu. kenapa saya bisa bilang begitu? saya pernah mengalami saat2 lebih menyedihkan dari ini semua. seharusnya say abisa lebih tegar, ibarat dosis, saya biasa mengkonsumsi obat 500 mg. dihantam yang 250 mg pasti nggak ngefek. tapi seperti yang pernah saya tulis dalam novel (yang gagal terbit) yang namanya manusia kadang tegas kadang getas.

seperti saat ini, saya harus memilih, pengalaman-pengalaman mana yang lebih patut mendominasi perasaan saya hari ini. di satu sisi, saya baru dicaci maki, diancam, ditertawakan oleh orang-orang penting. saya juga dipaksa menembus birokrasi yang menurut kemampuan saya, saya sangat sulit menembusnya. tapi disisi lain, feature saya mendapat pujian, bahkan salah satunya (karena tidak ada pilihan lain, 🙂 ), akan dilombakan ke Jakarta.

saya sedang menimbang-nimbang, ekspresi apa yang tepat saya munculkan hari ini dan selanjutnya…dan biarkan dulu sampai saya tertidur. sampai besok…