Bagi Anda yang bisa berbahasa Jawa dan memahami bahasa Jawa, tentu tidak asing dengan kata “jerene-jerene”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, artinya adalah katanya-katanya.
Budaya katanya-katanya itu, sangat berbahaya lhoo. Bagi yang paranoid, bisa jadi nggak bakal sembuh-sembuh karena terlalu percaya dengan istilah KATANYA daripada FAKTANYA. Siapa yang terjangkit virus jerene?? Banyak, saya salah satunya. Tapi ada yang move on, ada yang membiarkan dirinya terinfeksi.
Saya, entah dapat wangsit dari mana, 🙂 mencoba mendobrak itu. Saya berusaha mengontrol karakter saya agar tidak terlalu percaya dengan si KATANYA. Sebab, itu akan mencegah diri saya berkembang.
Apa saja yang pernah saya lawan meskipun saya kadang merasa kewalahan? Cekidot nggih… 🙂
1. Sejak kecil saya terbiasa menjadi sinden haha, maksudnya aktivitas saya di dunia tarik suara. Tapi sejak kuliah, saya berjanji dalam hati saya harus punya aktivitas lain. Sesuatu yang saya takuti harus saya cintai. Akhirnya awal kuliah saya tanggalkan cap yang melekat pada diri saya sebagai utusan sekolah untuk urusan nyanyi dan banting setir ke karate.
KATANYA, sih dulu. Karate itu menyeramkan. Siap-siap nggak cantik karena banyak yang gigi tanggal waktu pertandingan. KATANYA lagi, kelak ketika berumah tangga, atlet karate biasanya memiliki masalah dalam reproduksi (nggak tahu teori dari mana). KATANYA, nggak bakal bisa bagi waktu antara kuliah dan jadi atlet karate.
FAKTANYA, ya memang hidung pernah kepukul, jadi agak kliyengan. ya, memang pernah keseleo, perut mual ketendang lawan, tapi semua ada solusinyanya ada tekniknya. Kita dikasih hand & body protect yang Insya Allah aman. Soal reproduksi, udah tanya ke dokter nggak kok. Nggak ada hubungny hehe. Soal waktu, ya, memang sempet turun IPK.Tapi bukn salah karatenya, salah manajemen waktu. begitu tahu ada nilai D langsung sadar diri, dan ngejar ketertinggalan lagi. Alhamdulillah, IPK oke lagi.
2. Memiliki pekerjaan yang beresiko, karena di lapangan, membuat saya berpikir, nanti kalau meninggal atau kecelakaan perlindungan diri saya apa ya. Saya dikejar-kejar agen asuransi yang mencari nasabah. Bertahun-tahun saya menolak. Apalagi teman saya selalu bilang, asuransi itu hanya memindahkan rekening kita ke rekening orang lain. Lebih baik menabung saja. Jamsostek saja cukup.
Tapi, dua tahun lalu, saya melempar virus jerene itu dengan masuk asuransi jiwa. hehehe. Amit-amit sih jangan sampe saya kena musibah. Sementara ini, saya masih menabung dan belum pernah menggunakannya. Saya hanya mengambil pelajaran dari agen asuransi sekaligus teman saya sendiri yang kecelakaan belum lama ini. Dia mendapat tanggungan dari asuransi. Prosesnya pun tidak rumit. Teman saya itu nggak fiktif, dia biasa saya peluk-peluk, berarti bukan tipu-tipu ya hehe…Oke mungkin berat mengeluarkan ratusan ribu tiap bulan untuk asuransi. Tapi saya pikir, hidup saya bukan utuk saya yang hari ini saja, ada saya dimasa depan abu2 yang perlu juga dikasihani hahaa ups becanda
3.MLM
Hayoo tunjuk tangan siapa yang anti MLM. dari responden 10, mungkin cuma 2 yang nggak alergi. haha. Saya itu anti MLM, dulu jaman kuliah diajak training-training yang obat-obat herbal lah, yang produk kecantikan lah. Yang diiming2i uplinenya dapat mobil. Tadinya sengsara jadi kaya raya. hem,,,tapi liatnya kok yang upline cuma ongkang-ongkang kaki yaaa. Semakin ke bawah semakin galau donlennya. Nggak bisa naik2 level. Katanya juga pada akhirnya tu MLM gulung tikar karena nipu uang orang doang. Katanya sih begitu…
Yaaa..tapi alergi itu semua ada obatnya. Kuncinya jangan percaya JERENE, lagi-lagi. Terlalu mendengar katanya akan membaut kita berprasangka. Lihat realnya, sentuh orang-orang yang langsung didalamnya. dan saya melakukan itu. Finally…
Tapi, suatu hari, saya bertemu seorang teman kuliah yang sudah lama hilang kontak. Dia mengajak saya mengenal dunia MLM yang saya hapus-hapus dari otak saya. Saya pun terbuka wawasannya, ternyata masih ada kok MLM yang amanah. Saya tertarik bukan karena dia teman saya yaa..tapi melihat langsung bagaimana kerja kerasnya hingga sukses untuk dirinya sendiri dan sukses membuat orang lain ikut sukses bersamanya. Tidak ada yang leha-leha di sini. Bisnis ini fair. Kita dibayar dan mendapat penghargaan ketika bekerja. Ketika diam di tempat ya nggak bakal dapat apa-apa yang ada malah kesundul sama donlenya. Ya seperti bisnis pada umumnya lah, siapa menabur dia menuai. Yang jelas menaburnya menabur manfaat dan membuka peluang rejeki pada orang lain. Banyak yang lagi nggak punya modal usaha, akhirnya bisa keluar dari kecarutmarutan ekonomi berkat ini. tepatnya DISINIÂ
http://www.dbc-network.biz/?id=ratukatalog
So, jangan underestimated dulu tehadap semua hal yang ada di sekiling kita sebelum tahu FAKTANYA. Saya sendiri nggak nyangka, bisa merubah pandangan. Senang deh menjalani bisnis yang memiliki manfaat berlipat ganda. Bukan sekedar uang, tapi memberikan peluang rejeki bagi orang lain. Tak melulu keuntungan, tapi ada jalinan persaudaraan. Tidak juga menumpuk kekayaan sendiri, karena suksesnya bisa bersama-sama lhoo. Plus dapat ilmu manajemen waktu, kepemimpinan, dan banyak lagi.
SALAM CINTA
JENKNA