kalimat-kalimat penanda tak tahu arah
“Maaf, barat sebelah mana ya?” —> biasanya buat yang mau salat nggak tahu arah kiblat
“Abis belok ke kanan trus kemana ya?”—> ciri-ciri orang nyasar
“Sebelah kanan apa kiri jalan?” —> lagi nyari toko yang baru launching, kali aja dapet diskon 😛
“Pintunya yang mana nih?” —> sales muter-muter keliling rumah. yang di dalam rumah nahan napas biar dikira ngga ada orang.
“Jalan mana yang harus kutempuh?” —> orang lagi berdoa
“Saya masih buta denah” —> kalimat ngeles biar nggak dikasih tugas lapangan
ada yang mau nyumbang kalimat lagi nggak?( “,)
tulisan kali ini sebenarnya terinspirasi curhatan mas ganteng (ehemm…) yang tumben-tumbenan kehabisan kesabaran menghadapi murid-muridnya yang masih kelas IV SD.
mas : baru kali ini mas ngajar marah-marah gini…Amppunnn
gw : sabar sayang…
mas : gimana gak emosi. dari kemarin anak kelas IV gak tahu mana utara selatan timur barat. KELEWATAN BANGETTT…ni masih materi awal kalo tar udah menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) gimana!!!
gw : emmm…hening…(ikutan pusing denger istilah matematika)
mas : bisa tewas aku…
gw : huzzzz….nggak mau jadi jandee 😦
mas : pas ditanya kamu orang mana aja nggak tahu. jadi selama ini dia nggak tahu lahir dan tinggal dimana, arrrggghh!! kalau disuruh nyanyi lagu dangdut aja pada ngertiii
gw : (garuk-garuk idung)
Yap begitulah kenyataannya protret pendidikan di desa terpencil. kemampuan anak menyerap pelajaran sangat lemah karena kondisi lingkungan yang tidak mendukug. orangtua menyerahkan segalanya ke guru. di rumah tidak akan ada diskusi pelajaran, yang ada adalah mengasuh adik, angon hewan ternak atau ke ladang dan sawah. lulus SD yang perempuan sudah ada yang siap untuk melamar.
Mungkin bagi sebagian orang, menghapalkan arah, seperti mengedipkan mata, gampang dan cepat. Tapi buat anak-anak ini, otak mereka tidak mendeteksi pengetahuan sesederhana itu. pola yang juga salah adalah tahap awal pendidikan di golden agenya mereka. Saat kelas 1 sampai 3 guru yang mengampu juga tidak menguasai bagaimana mentransfer ilmu. rumit dan melabirin. semua terlibat disini, faktor ortu, si anak dan guru bener2 kompleks. kalau mau nyalahin ya salah semua hahaha…Jadi begitu sudah naik kelas IV, mereka terlanjur sesat sejak kelas 1, dan naiknya pun penuh dengan nilai katrolan. hhhh…
Tapi anehnya, anak-anak yang sebenarnya tidak terlalu asing dengan televisi ini, sangat mudah menghapal lagu dangsut, adegan sinetron dan apa yang ada di tivi-tivi. Sementara untuk materi pelajaran mereka nolll. mas ganteng ampe geleng-geleng India karena untuk tahun ajaran baru ini, dia belum melihat ada satupun anak yang menonjol secara akademis. Kalau tahun lalu dari 30 orang setidaknya ada 10 orang yang “bener”, tahun ini dia hopeless…
Sebagai orang terdekat yang secara pekerjaan jauh dari dunia pendidikan, cuma bisa menyemangati mas doang. perjuangan baru dimulai…selama masih ada esok pasti banyak harapan membentuk mereka menjadi lebih prestatif…
to be continued 🙂
**nulis karena ngga bisa bobo dan diserang kangen akuuttt