Selamat Datang di Hutan Belantara Kehidupan

10916384_10204280248019988_5435925897304660924_o

Assalamualaikum Wr Wb

Finally, wordpress bisa normal kembali dan upload foto, setelah sekian lama selalu bertuliskan GALAT (yang entah apa artinya).

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Minggu, 28 Desember 2014, saya sah menjadi seorang istri. Akad nikah berlangsung pukul 08.15 menit di kediaman saya di Tanjungsari, Buluspesantren, Kebumen. Berlanjut dengan acara resepsi Pukul 10.00 WIB, pada hari dan tempat yang sama.

Menggambarkan bagaimana perasaan saya, sangat tidak mudah. Secara standar, pastinya campur aduk antara bahagia, terharu, khawatir, takut. Kenapa harus ada perasaan negatif di hari yang kata orang sangat sakral tersebut? Jujur, tidak dapat dipungkiri, membaca buku nikah, membuat saya merinding, begitu besar tanggungjawab suami terhadap saya. Sebaliknya, ketaatan saya sebagai istri kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-NYA. Tidak mudah, tapi toh, kenapa orang kebanyakan memilih menikah jika itu tidak mudah? Saya yakin itu karena semua secara alamiah bisa menjalani, walau tidak mudah, tapi BISA dijalani.

Seorang teman berkata, pesta pernikahan hanya beberapa jam saja, sedangkan pernikahan itu sendiri akan berlangsung lama. Ketika pesta usai, ada kehidupan hutan belantara yang menanti, jadi selamat datang. Kenapa hutan belantara? Ya, karena banyak hal yang absurd, tidak jelas, kabur, gelap, penuh tantangan, ketika sudah masuk ke hutan itu. Apakah kita akan tersesat, menemukan cahaya untuk mencari jalan keluar, atau menyerah diam di tempat? Sebelum menikah, bahkan kakak ipar saya berkali-kali mengingatkan agar jangan terlalu berpikir “sinetron” atau “novel” dimana kebahagiaan ideal itu digambarkan. Pikirkan pahitnya, pahitnya dan pahitnya. Dari kepahitan itu, jika sudah terlewati, baru akan sangat terasa manisnya.

Kyai yang didaulat mengisi pengajian usai akad nikah berpesan, enam bulan pernikahan, bersiaplah dengan kejutan-kejutan manis. Konflik akan mulai bermunculan, banyak sandungan batu di depan sana. Semarah-marahnya, sesengit-sengitnya pertengkaran suami istri, jangan sampai terlontar kata bercerai, jika tidak ingin ada penyesalan nantinya. begitu pesan beliau.

Bismillah, inilah dunia saya saat ini. Gerbang kedewasaan yang saya idam-idamkan dengan resiko di dalamnya. Semoga pernikahan sakinah, mawadah, warohmah, yang didoakan handai taulan, sahabat sekalian bukan hanya doa-doa yang habis ditelan, tapi menggema terus menerus di lubuk hati kami. Aamin ya Rabb..

Salam Cinta

JENKNA

10911431_10204280093736131_8108875609767202126_o